Thursday, June 13, 2013

Mengenal Makna Sejumlah Patung di Ibukota

Mari kita mengenal makna sejumlah patung di Ibukota. Hitung-hitung sambil nambah ilmu. Jangan sampai kita sering lihat, mungkin bahkan sejumlah dari kita sering lewatin tapi kita tidak tahu makna nya. Silahkan cekidot disini....




1. Patung Selamat Datang


Nama plesetan : Patung jali-jali, patung HI
Patung Selamat Datang dibangun buat nyambut para atlit peserta Asian Games IV tahun 1962. Patung ini ada di depan gedung Hotel Indonesia yang mana berdiri persis diatas air mancur bunderan HI. Sahabat  patung perunggu ini dibuat sama Edhi Sunarso, dan dirancang sama Henk Ngantung mantan Gubernur Jakarta. Sesuai sama namanya, patung ini berdiri untuk ngasih salam selamat datang buat para pendatang karena emang patung ini ngadep ke arah Kota (Utara) sebagai pusat bisnis, perdagangan dan pendatang dari pelabuhan waktu itu.

Disekitar patung ini ada lima formasi Air Mancur yang dijadikan simbol ideologi Negara Republik Indonesia, Pancasila. Katanya sih ini juga jadi simbol dari tanda memberi salam kepada kota Jakarta sebagai kota Ibu Negara dan Kota Metropolitan dengan formasi ucapan Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Petang, Selamat Malam dan Selamat Hari Minggu. Maksudnya Jakarta emang gak pernah tidur kali yeee..


2. Patung Arjuna Wijaya/ Patung Asta Brata


Nama plesetan : Patung kuda setan, Patung delman
Patung Arjuna Wijaya yang dibangun Agustus 1987 ini ngegambarin Arjuna dalam perang Baratayudha yang kereta perangnya ’disetirin’ sama Batara Kresna. Adegan patung karya pematung Nyoman Nuarta itu diambil dari fragmen waktu mereka melawan Adipati Karna. Kereta itu ditarik delapan kuda, yang melambangkan delapan ajaran kehidupan yang diidolai oleh Presiden Soeharto. Asta Brata itu meliputi falsafah bahwa hidup harus mencontoh bumi, matahari, api, bintang, samudra, angin, hujan dan bulan. Di bagian patung itu nempel prasasti yang bertuliskan ‘Kuhantarkan kau melanjutkan perjuangan dengan pembangunan yang tidak mengenal akhir.’

Pada waktu pembuatannya, karena keterbatasan dana, akhirnya patung itu dibuat dari bahan poliester resin yang punya kelemahan mudah rapuh jika terkena sinar ultraviolet. Emang kebukti kok kalu patung ini mulai keropos, sampe akhirnya tahun 2003, patung ini direnovasi dengan menelan biaya 4M (4 miliar, bukan 4 meter!!!) dan material patungnya diganti dengan bahan tembaga.

3. Patung Dirgantara


Nama plesetan: Superman, Patung’hey kamu’, Patung Pancoran
Patung yang ada didaerah pancoran ini dirancang sama Edhi Sunarso sekitar tahun 1964 - 1965 dengan bantuan dari Keluarga Arca Yogyakarta atas permintaan Bung Karno buat nampilin keperkasaan dan kekuatan angkatan udara bangsa Indonesia. Sahabat  patung ini menghadap ke Utara dengan tangannya mengacung ke bekas Bandar Udara Internasional Kemayoran. Lokasinya deket sama Markas Besar Angkatan Udara di Selatannya dan Bandar Udara Domestik Halim Perdana Kusuma di Tenggaranya. Karena bertempat di kawasan Pancoran makanya patung ini sering dibilang patung Pancoran. Oia, ada gosip yang bilang kalo Presiden Soekarno harus jual mobilnya buat ngebiayain pembuatan patung ini.


4. Patung Pahlawan


Nama plesetan : Patung Pak Tani dan Ibu tani
Patung ini dibuat buat ngasih penghargaan pada para pejuang kemerdekaan Indonesia, dilambangin dengan seorang laki-laki yang make caping, nyandang senapan dan lagi minta restu pada wanita yang ada disisinya untuk maju ke medan perang. Mungkin karena suka pake caping itu kali yaa orang-orang jadi bilangnya itu patung Pak Tani. Tapi katanya sih, patung ini juga simbolisasi gerakan politik petani.

Ide patung ini dimulai waktu Soekarno ke Moskow dan doi terkesan banget sama patung-patung yang ada disana. Kemudian Presiden Rusia saat itu ngenalin Soekarno ke seniman patung, Matvei Manizer dan anaknya Otto Manizer. Mereka pun diundang dateng ke Indonesia untuk ngebuat patung yang melambangkan semangat kemerdekaan. Disinilah kedua pematung itu berkelana dan nemuin legenda Jawa Barat yang berkisah tentang seorang Ibu yang mengiringi anaknya untuk pergi berperang. Sang Ibu ngasih semangat supaya memenangkan setiap peperangan dan selalu inget sama orang tua dan negaranya. Patung perunggu ini dibuat di Rusia dan dibawa ke Indonesia pake kapal laut, diresmikan tahun 1963 oleh Presiden Soekarno dan pada papan di monumen ini tertulis "Bangsa yang menghargai pahlawannya adalah bangsa yang besar".


5. Patung Pemuda Membangun


Nama plesetan : Pizza Man, Patung Laki-laki bawa obor
Patung ini dibuat sebagai penghargaan untuk pemuda dan pemudi dalam keikut sertaannya pada pembangunan Indonesia. Patung ini dilambangin sama seorang pemuda gagah dan kuat sedang memegang piring berisi api yang tak pernah padam sebagai perwujudan semangat pembangunan yang tak pernah mati. Awalnya direncanain untuk diremiin di Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1971, tapi karena pembangunan belum selesai akhirnya diresmiin pada bulan Maret 1972. Patung ini terletak di Bunderan Senayan, tempat strategis sebagai titik temu antara Senayan sebagai pintu gerbang Jakarta Pusat dengan area Jakarta Selatan.


6. Patung TRIKORA di Lapangan Banteng


Lapangan Banteng disebut waterlooplein pada jaman penjajahan Belanda. Pada masa itu, lapangan banteng dikenal dengan sebutan Lapangan Singa karena ditengahnya terpancang tugu peringatan kemenangan perang di Waterloo, dengan patung singa di atasnya.

Tugu tersebut didirikan pada jaman pemerintahan pendudukan tentara Jepang. Setelah Indonesia merdeka namanya diganti menjadi Lapangan Banteng, rasanya memang lebih tepat, bukan saja karena singa mengingatkan kita pada lambang penjajah, tetapi juga tidak terdapat dalam dunia fauna kita. Sebaliknya, banteng merupakan lambing nasionalisme Indonesia.
Disamping itu, besar kemungkinan pada jaman dahulu tempat yang kini menjadi Lapangan itu dihuni berbagai macam satwa liar seperti macan, kijang, dan banteng. Pada waktu J.P. Coen membangun kota Batavia di dekat muara Ci Liwung, lapangan tersebut dan sekelilingnya masih berupa hutan belantara yang sebagian berpaya â€" paya (De Haan 1935:69).


 
Pada pertengahan abad ke-19 Lapangan Banteng menjadi tempat berkumpulnya golongan elit Kota Batavia. Setiap Sabtu sore sampai malam diperdengarkan musik militer (V.I. van de Wall 1933: 18-19).

Patung yang berada di tengah-tengah lapangan Banteng ini dibuat pada tahun 1962, pada waktu bangsa Indonesia sedang berjuang untuk membebaskan wilayah Irian Barat (Irian Jaya, kemudian sekarang menjadi Papua). Ide pembuatan patung berasal dari Bung Karno, kemudian “diterjemahkan” oleh Henk Ngantung dalam bentuk sketsa. Ide tersebut tercetus dari pidato Bung Karno di Yogyakarta. Pidato Bung Karno telah menggerakkan massa untuk bertekad membebaskan saudara-saudaranya di Irian Barat dari belenggu penjajahan Belanda.

Patung ini menggambarkan seorang yang telah berhasil membebaskan belenggu (maksudnya adalah penjajahan Belanda).

Tikus Pemberani

Mungkin ada yang pernah disakiti teman atau sahabat? Sebagai manusia yang punya keunggulan tertinggi di antara semua mahluk, kita ternyata tetap harus belajar pada naluri hewan. Bahkan pada sepasang tikus putih ini.
 

Di sebuah kebun binatang, Hangzau Zoo di provinsi Zheijang, Cina Timur, terjadi pemandangan unik sekaligus mengharukan. Ketika dua ekor tikus putih dimasukkan ke dalam kandang ular untuk makan malam, salah satu tikus tadi langsung didekati ular sebagai santapan pertamanya.


Namun, apa yang terjadi? Teman tikus putih tersebut dengan gagah berani mendekati ular dan menyerang untuk menolong temannya yang sedang dalam bahaya, sekarat dalam mulut ular. Tentu saja tindakan ini teramat nekad, mengingat ular hijau ini adalah jenis ular berbisa. Jadi, bukan saja jauh lebih besar dari ukuran tubuh sang tikus, kekuatan ular ini jauh di atas kelasnya.

Seorang penjaga yang bertugas memberi makan ular ini, menyaksikan dan mengabadikan kejadian tersebut. Ia pun dengan penuh haru mengambil kembali tikus yang menyerang ular pemangsanya. Menurut sang penjaga, tikus ini punya hak untuk memperoleh kesempatan hidup.


Kisah di atas mungkin bisa jadi renungan, begitulah seharusnya kita memperlakukan seorang sahabat, tidak hanya ikut tertawa saat bahagia, tapi juga hadir ketika ia dalam duka dan butuh pertolongan.