Monday, January 14, 2013

Menakjubkan, Alexandria Sejajar Matahari di Hari Jadi Alexander Agung

Kekuasannya membentang di tiga benua. Inilah kota Alexandria. 

Alexander Agung, atau Iskandar Zulkarnain memimpin sebuah kekaisaran terbesar pada masa sejarah kuno, membentang mulai dari Laut Ionia sampai pegunungan Himalaya, mencakup tiga benua, Eropa, Afrika, dan Asia: Makedonia.

Tak hanya mewariskan akulturasi budaya Hellenisme dan strategi perang yang masih dipelajari para perwira hingga saat ini, peninggalan Alexander juga masih tersisa di sebuah kota di Mesir yang menyandang namanya. Alexandria.

Para peneliti baru-baru ini menemukan, kota kuno Alexandria sengaja dibangun agar sejajar dengan matahari terbit, tepat di hari kelahiran Alexander Agung. Kota di pantai Mediterania itu dibangun pada 331 Sebelum Masehi. Di tengah hawa penaklukkan.

Pada hari ulang tahun Alexander, jalanan utama di timur dan barat kota kuno berada dalam kesejajaran nyaris sempurna dengan matahari yang terbit di abad ke-4.

Studi terhadap jalan raya utama kota kuno, yang disebut  Canopic Road, menunjukkan, ia tidak dibangun mengikuti topografinya, tidak paralel dengan pantai Mediterania. Giulio Magli, seorang arkeoastronom dari Politecnico of Milan dan koleganya, Luisa Ferro menggunakan komputer untuk membuat simulasi posisi Matahari di abad ke-4.

Mengapa harus memundurkan waktu? Sebab, orbit Bumi selalu berubah, sehingga garis edar cahaya matahari pun berubah seiring waktu berlalu.

Alexander diketahui lahir pada tanggal 20 Juli 356 Sebelum Masehi berasarkan kalender Julian yang berbeda dengan kalender modern saat ini.

Para peneliti menemukan, di hari itu, di abad ke-4 SM, matahari terbit nyaris sejajar dengan Canopic Road, hanya melenceng kurang dari setengah derajat dari rute jalanan.

Bintang kedua, selain matahari, makin memperkuat efek tersebut. Regulus atau "Raja Kecil" yang paling terang dalam konstelasi (rasi) Leo, juga terbit nyaris sejajar sempurna dengan jalan kuno itu.

Kepada LiveScience, Profesor Magli mengatakan, menyelaraskan arsitektur dengan astronomi adalah jamak dilakukan zaman kuno. Misalnya saja, Piramida Besar Giza sengaja dibangun sejajar dengan bintang utara.

Mitos ilahiah

Mesir kuno, wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung, memiliki reputasi mengagumkan di bidang sains dan matematika. Namun, soal kepercayaan, masyarakat kala itu selalu mengaitkan Dewa Matahari, Ra yang mereka sembah dengan pemimpin, para firaun.

Mitos keterkaitan dewa dengan firaun juga menjadi dasar mengapa para insinyur dan astronom kuno kala itu bersusah payah menyejajarkan arsitektur jalanan kota dengan Matahari.

Para peneliti melihat Alexandria sebagai prototipe dari kota Helenistik, dimaksudkan untuk memamerkan "kekuatan ilahiah" Sang Penakluk, Alexander Agung.

"Menyejajarkan kota dengan matahari, tepat di hari kelahiran Alexander adalah cara untuk memakai arsitektur untuk menunjukkan kekuasaannya," kata Magli. Penggunaan Regulus juga dimaksudkan untuk memperkuat mitos tersebut.

Magli berharap, temuannya itu akan menambah data untuk  memburu makam Alexander yang hilang hingga saat ini. Di mana jasadnya berada masih menjadi misteri selama 2.000 tahun.

Kota Alexandria modern saat ini menjadi rumah bagi 4 juta penduduk. Di masa lalunya ia adalah kota yang sangat makmur, menjadi lokasi Mercusuar Alexandria, salah satu Keajaiban Dunia Kuno. Juga memiliki perpustakaan paling lengkap di zamannya.

Setelah Alexandria, para peneliti sekarang sedang meneliti kota peninggalan Alexander dan para penerusnya yang lain, untuk melihat apakah arsitektur kunonya punya kaitan rengan matahari dan fenomena astronomi lainnya.

Hasil penelitian tim dilaporkan secara online dalam Oxford Journal of Archaeology.

Sumber: LiveScience, Daily Mail

0 comments:

Post a Comment